Minggu, 29 Mei 2011

resensi

Nama : Wahyu Ardimas

Kelas : 3EA10

NPM : 1208271

A. Pengertian Resensi
Resensi adalah suatu tulisan atau ulasan mengenai nilai sebuah hasil karya, baik itu buku, novel, majalah, komik, film, kaset, CD, VCD, maupun DVD. Tujuan resensi adalah menyampaikan kepada para pembaca apakah sebuah buku atau hasil karya itu patut mendapat sambutan dari masyarakat atau tidak. Yang akan kita bahas pada buku ini adalah resensi buku. Resensi buku adalah ulasan sebuah buku yang di dalamnya terdapat data-data buku, sinopsis buku, bahasan buku, atau kritikan terhadap buku.
Resensi berasal dari bahasa Latin, yaitu dari kata kerja revidere atau recensere. Artinya melihat kembali, menimbang, atau menilai. Arti yang sama untuk istilah itu dalam bahasa Belanda dikenal dengan recensie, sedangkan dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah review. Tiga istilah itu mengacu pada hal yang sama, yakni mengulas buku. Tindakan meresensi dapat berarti memberikan penilaian, mengungkap kembali isi buku, membahas, atau mengkritik buku. Dengan pengertian yang cukup luas itu, maksud ditulisnya resensi buku tentu menginformasikan isi buku kepada masyarakat luas.
Ada yang berpendapat bahwa minimal ada tiga jenis resensi buku.
1. Informatif, maksudnya, isi dari resensi hanya secara singkat dan umum dalam menyampaikan keseluruhan isi buku.
2. Deskriptif, maksudnya, ulasan bersifat detail pada tiap bagian/bab.
3. Kritis, maksudnya, resensi berbentuk ulasan detail dengan metodologi ilmu pengetahuan tertentu. Isi dari resensi biasanya kritis dan objektif dalam menilai isi buku.
Namun, ketiga jenis resensi di atas tidak baku. Bisa jadi resensi jenis informatif namun memuat analisa deskripsi dan kritis. Alhasil, ketiganya bisa diterapkan bersamaan.


B. Unsur-unsur Resensi
Daniel Samad (1997: 7-8) menyebutkan unsur-unsur resensi adalah sebagai berikut:
1. Membuat judul resensi
Judul resensi yang menarik dan benar-benar menjiwai seluruh tulisan atau inti tulisan, tidakharus ditetapkan terlebih dahulu. Judul dapat dibuat sesudah resensi selesai. Yang perlu diingat, judul resensi selaras dengan keseluruhan isi resensi.
2. Menyusun data buku
Data buku biasanya disusun sebagai berikut:
a. judul buku (Apakah buku itu termasuk buku hasil terjemahan. Kalau demikian, tuliskan judul aslinya.);
b. pengarang (Kalau ada, tulislah juga penerjemah, editor, atau penyunting seperti yang tertera pada buku.);
c. penerbit;
d. tahun

terbit beserta cetakannya (cetakan ke berapa);
e. tebal buku;
f. harga buku (jika diperlukan).
3. Membuat pembukaan
Pembukaan dapat dimulai dengan hal-hal berikut ini:
a. memperkenalkan siapa pengarangnya, karyanya berbentuk apa saja, dan prestasi apa saja yang diperoleh;
b. membandingkan dengan buku sejenis yang sudah ditulis, baik oleh pengarang sendiri maupun oleh pengarang lain;
c. memaparkan kekhasan atau sosok pengarang;
d. memaparkan keunikan buku;
e. merumuskan tema buku;
f. mengungkapkan kritik terhadap kelemahan buku;
g. mengungkapkan kesan terhadap buku;
h. memperkenalkan penerbit;
i. mengajukan pertanyaan;
j. membuka dialog.
4. Tubuh atau isi pernyataan resensi buku
Tubuh atau isi pernyataan resensi biasanya memuat hal-hal di bawah ini:
a. sinopsis atau isi buku secara bernas dan kronologis;
b. ulasan singkat buku dengan kutipan secukupnya;
c. keunggulan buku;
d. kelemahan buku;
e. rumusan kerangka buku;
f. tinjauan bahasa (mudah atau berbelit-belit);
g. adanya kesalahan cetak.
5. Penutup resensi buku
Bagian penutup, biasnya berisi buku itu penting untuk siapa dan mengapa.

Contoh :

Awa Bosan Jadi Komodo

Judul Buku : Awa Bosan Jadi Komodo
Peresensi: Hendrinova
Penulis : Meidya Derni
Penerbit ; Pustaka Al-Kautsar For Kids
Cetakan : Pertama, Oktober 2009
Tebal : 49 halaman

Proses mengajari anak budi pekerti yang baik, bermula dari kebiasaan ibu atau sang ayah mendongeng buat anaknya. semakin banyak mendongeng, tidak hanya memperkaya pengetahuan anak, tapi juga sekaligus memoles tingkah lakunya.

Sayangnya, dongeng yang ada sekarang, kebanyakan tidak disentuh nilai-nilai religi. Dongeng kancil saja misalnya. Dari dulu, orangtua melabelinya binatang yang cerdik. Tanpa memilah, kece rdikan seperti apa yang dimiliki kancil.

Tak jarang, kancil memanfaatkan orang lain untuk kesenangan ataupun keselamatan dirinya. Demi egonya, ia tega menipu dan membuat dendam binatang lainnya.

Untuglah sekarang, dongeng Islami mulai menggeliat. Termasuk dongeng-dongeng binatang, dengan sentuhan nilai-nilai agama. Sehingga setiap tindakan pe laku dalam dongeng, selalu dikontrol oleh agama.

Seperti buku berjudul ‘Awa Bosan jadi Komodo’ ini. Diceritakan, bagaimana Awa seekor anak komodo yang tidak mensyukuri tubuh yang ia miliki. Ketika melihat burung yang gampang terbang dan pindah ke sana ke mari, ia pun iri dan ingin pula jadi burung.

Berdi si burung yang dikagumi Awa, dengan ikhlas mau mengajarinya. Awa kemudian disuruh membuat sayap. Sayang, sayap daun yang dibuat Awa, malah membuat jatuh berdebam ke bumi.

Berdi kemudian menyuruh Awa memakan biji-bijian, sebagai syarat menjadi burung. Ia juga disuruh memanjat pohon, untuk bisa masuk dan keluar sarang. Awa pun menurut, walau akhirnya dongkol sendiri.

Biji-bijian yang dimakan Berdi ternyata pahit di lidah Awa. Ia pun tidak bisa mengunyah, dan lebih memilih memuntahkan biji-bijian yang ada dalam kerongkongan.

Dari pelajaran itu, Awa akhirnya bersyukur telah menjadi komodo. Ia bisa makan daging enak dan punya rumah yang besar. Awa pun akhirnya menghapus keinginannya untuk jadi burung.

Setidaknya ada empat dongeng binatang yang terkandung dalam buku ini. selain kisah Awa, juga ada kisah Apoda, si burung cendrawasih yang sombong pada saudaranya sendiri.

Berikutnya kisah Pongo, anak orangutan yang takut memanjat. Berkat latihan keras yang diajari ibunya, ia akhirnya bisa memanjat pohon dan berayun dari satu pohon ke pohon lainnya.

Kisah Anno anak Anoa tentu tidak kalah serunya. Anno yang dicueki penghuni hutan lainnya karena mengajak mereka be rmain, memilih sibuk dengan diri sendiri.

Namun hatinya tersentak, saat mendengar Buba anak Anoa lainnya berteriak minta tolong. Kakinya tersangkut dan itu segera dilepaskan Anno. Tak disangka, Buba membalas jasa Anno dengan bermain bersama.

Buku ini tentu tidak sekedar dongeng. Juga ada selipan ilmu pengetahuan terkait binatang yang diceritakan. Sehingga pembaca bisa membayangkan, sosok utuh makhluk yang dimaksud dengan segala faktor penunjang hidup.

Sumber :

http://jajawilsa.blogspot.com/2009/05/pengertian-resensi.html

http://renggap.co.cc/kumpulan-contoh-resensi-buku/ yang diperoleh dari

http://hendrinova.wordpress.com/2009/11/01/dongeng-religi-untuk-si-buah-hati/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar